TES NON OBJEKTIF

7 Desember 2014

TES NON OBJEKTIF

Dalam rangka evaluasi hasil belajar peserta didik, banyak hal yang dilakukan. Namun, evaluasi ini tidak harus berupa tes-tes hasil belajar. Akan tetapi dalam setiap sekolah atau lembaga pendidikan, evaluasi hasil belajar yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes hasil belajar merupakan salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.
Sebagai salah satu pengukur perkembangan dan kemajuan belajar peserta didik, apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : tes hasil belajar bentuk uraian (non objektif) dan tes hasil belajar bentuk obyektif.[1]
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas / serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang dapat di bandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan.
Tes uraian adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagai berikut:[2]
  1. Tes tersebut berbentuk pertanyaan / perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang
  2. Bentuk-bentuk pertanyaan / perintah itu menuntut kepada tester untuk memberikan penjelasan komentar, penafsiran dan lain-lain.
  3. Jumlah butir soalnya umumnya terbatas yaitu berkisar antara 5-10 butir
  4. Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata, jelaskan, terangkan, uraikan dan lain-lain.
Jenis tes ini menuntut kemampuan siswa untuk mengemukakan, menyusun dan memadukan gagasan-gagasan yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Tes jenis ini memungkinkan siswa menjawab pertanyaan secara bebas. Kebebasan ini berakibat data jawaban bervariasi, sehingga tingkat kebenaran dan tingkat kesalahannya pun menjadi bervariasi. Hal inilah yang mengundang subjektivitas penilai ikut berperan menentukan, karena itu tes ini disebut pula dengan tes subjektif (non objektif).
Tes uraian dibagi 2 macam, yaitu :[3]
  1. Tes uraian bentuk bebas artinya butir soal itu hanya menyangkut masalah utama yang dibicarakan tanpa memberikan arahan tertentu dalam menjawabnya. Contoh:Mengapa bangsa Indonesia memilih politik luar negeri yang bebas aktif?
  2. Tes uraian terbatas, peserta didik diberi kebebasan untuk menjawab soal yang ditanyakan, namun arah jawaban dibatasi sedemikian rupa, sehingga kebebasan tersebut menjadi bebas yang terarah. Contoh: Apakah dasar yuridis dan politik yang mendasari Indonesia menempuh kebijaksanaan politik luar negeri yang bebas dan aktif?
Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tes ini tepat dipergunakan apabila pembuat soal (guru, dosen, dan lain-lain) disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman test terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan testee dalam memahami berbagai macam konsep dan aplikasinya, selain itu tes ini lebih tepat dipergunakan apabila jumlah testee terbatas.
Adapun kelemahan dan kelebihan tes uraian adalah :[4]
a.       Kelebihan tes uraian :
1)      Mudah disiapkan dan disusun
2)      Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi / untung-untungan
3)      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus
4)      Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri
5)      Dapat diketahui sejauh mana siswa, mendalami sesuatu masalah yang diteskan.
b.      Kekurangan tes uraian :
1)      Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai
2)      Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan di tes karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
3)      Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
4)      Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
5)      Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
Bertitik tolak dari kelebihan-kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh tes hasil belajar bentuk uraian maka ada beberapa petunjuk operasional yang bisa di lakukan ataupun dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal tes uraian.
Adapun petunjuk operasional itu adalah :[5]
  1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar butir-butir soalnya dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan atau telah diperintahkan kepada testee untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sekalipun butir-butir soal itu jumlahnya terbatas, akan tetapi telah terkandung di dalamnya materi yang luas dan bersifat komprehensif.
  2. Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh testee (misalnya : menyontek / bertanya pada testee lain), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran / bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya. Cara ini dimaksudkan, sebelum testee menentukan dan menuliskan jawabannya di atas lembar jawaban, mereka agar berfikir lebih dahulu secara cermat, apakah jawabannya benar dan tepat ataukah tidak.
  3. Setelah butir-butir soal tes uraian dibuat hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh tester sebagai jawaban yang betul. Dengan cara ini maka faktor subyektifitas yang menyelinap ke dalam diri tester akan dapat dikurangi sampai sekecil-kecilnya.
  4. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam melainkan dibuat secara bervariasi.
  5. Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh testee dan tidak menimbulkan keraguan / kebingungan bagi testee dalam memberikan jawabannya.
  6. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sebelum sampai pada butir-butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh testee, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab butir-butir soal tersebut. Misalnya : “Jawaban soal harus dituliskan di atas lembar kertas berdasarkan nomor urut soal”. Hal ini merupakan hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh tester.
Hal yang perlu dicermati adalah kelemahan tes uraian yang terletak pada variasi jawaban yang tak terbatas sehingga menyulitkan penskoran, apalagi membandingkan antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya, untuk itu pemeriksaan hasil dapat ditempuh langkah peningkatan objektivitas dengan jalan:[6]
1.      Menyusun pola jawaban yang diambil dari sampel jawaban peserta didik
2.      Pemeriksaan jawaban tidak dilakukan dengan jalan membaca tiap halaman satu peserta didik sampai selesai melainkan diperiksa berdasarkan nomor.
3.      Setiap lembar jawaban dikoreksi lebih dari satu kali dan urutan dalam penilaiannya diubah-ubah yang tadinya urutan atas dijadikan urutan bawah kemudian hasilnya digabungkan dan diambil reratanya.
4.      Nilai peserta didik tidak langsung dijumlahkan, secara global tetapi dirinci dari tiap-tiap aspek penilaian, misalnya :
a.       Konsistensi pemikiran
b.      Kemampuan membahasakan gagasan
c.       Isi / bobot materi
d.      Kepustakaan yang dijadikan referensi
e.       Nilai-nilai baru yang dimunculkan.
Sehingga penilaian tidak didasarkan penjumlahan antar nomor soal.
Adapun saran yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan reliabilitas dari pada essay:
a.       Sebelum mulai memberi skor siapkanlah terlebih dahulu sebuah model jawaban, tentukanlah berapa jumlah skor yang akan diberikan pada tiap-tiap item
b.      Setiap jawaban hendaknya diperiksa tanpa melihat identitasnya terlebih dahulu
c.       Periksalah jawaban anak-anak secara item demi item.

KESIMPULAN
Test adalah : suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak sehingga menghasilkan nilai
Kelebihan dan kekurangan tes :
a.       Kelebihannya : mudah disiapkan disusun, tidak memberi daya kesempatan untuk berspekulasi / untung-untungan dan lain-lain
b.      Kekurangannya : pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan, waktu untuk koreksinya lebih lama dan tidak diwakilkan kepada orang lain.
Tes uraian dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a.       Bentuk bebas artinya menyangkut masalah utama yang dibicarakan
b.      Terbatas, artinya kebebasan untuk menjawab soal sedemikian yang ditanyakan dengan arah jawaban yang dibatasi.
Yang intinya tes adalah evaluasi dalam pendidikan guna memberi penilaian ke anak didiknya sehingga dapat mengukur pantas atau tidakkah meluluskan dalam pendidikannya.

[1] Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal. 99
[2] Wayan Nurkancana dan PPN Sumartana, Evaluasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hal. 24
[3] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hlm. 57
[4] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta, 1999, hlm. 163
[5] Anas Sujiono, op.cit., hlm. 103-106
[6] M. Chabib Thoha, op.cit., hlm. 63
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.