Motivasi Belajar dalam Pendidikan

20 November 2014

Motivasi Belajar dalam Pendidikan

Sejak awal dikembangkannya ilmu pengetahuan, banyak dibahas mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Salah satunya adalah dengan menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar. Motivasi belajar adalah sebuah ciri pribadi, orangtua dan guru bisa membantu mengembangkan sebagaimana mereka juga mungkin memelihara keteguhan hati atau kepercayaan diri dalam diri seorang anak. Terkadang pertumbuhan motivasi belajar tidak terlihat atau tampak terhenti dalam jangka waktu yang lama.[1]
Smith (dalam Good, 1980) yang menulis khusus analisis kegiatan belajar telah mengemukakan definisi tentang belajar sebagai berikut:[2] 
Learning refers to changes in behavior, changes which are attributable to aset of antecedent conditions categorized as growth, physiology, perception, orang motivation. In addition, the changes in performance, which we define as learning, are relatively speaking, permanent rather than transitory; they persist for some time, if only for a few minutes. 
Dalam definisi yang dikemukakan oleh Smith tersebut dapat dijumpai dua istilah penting sebagai hasil belajar yaitu behavior (tingkah laku) dan performance (penampilan) yaitu dua istilah yang menunjukkan sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain.
Proses pembelajaran yang dilakukan dalam kelas, merupakan aktifitas mentransformasikan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengajar diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara penuh. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran itu sendiri. Disini pengalaman peserta didik lebih diutamakan dalam memutuskan titik tolak kegiatan.[3]
Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.[4]

[1] Nur Setiyo Budi Widarto, Hasrat untuk Belajar (Membantu Anak-anak Termotivasi dan Mencintai Belajar), Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2004, hal. 41
[2] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Rineka Cipta, Jakarta: 1993, hal. 22-23
[3] Martinis Yamin, Pengembangan Kompetensi Pembelajaran, Universitas Indonesia Press, Jakarta: 2004. hal. 60.
[4] Amin Suyitno, Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah, hal. 1
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.